Headlines

Gagal Paham Wahdaniyah Fil Af’al

Oleh : Fahrur Rozi A06 Juara I lomba kajian ilmiah Perpustakaan Terpadu

Semua unsur yang ada di jagat raya ini berada pada satu lafadz yaitu لاإله إلاالله yang melambangkan tentang ke-Esaan Allah (wahdaniyah). Berdasarkan analisis Ulama’, wahdaniyah dibagi menjadi tiga. Yaitu, wahdaniyah fil-dzat, fil-af’al dan fis-shifat. Namun kita fokuskan kajian kita pada wahdaniyah fil-af’alnya Allah yang terkadang membuat kita gagal faham. Didalam wahdaniyah fil-af’al terkandung pengertian bahwa segala pekerjaan yang ada di dunia ini merupakan pekerjaan Allah, tak terkecuali pekerjaan kita baik yang haq maupun yang bhatil sekalipun, sampai-sampai muncul sebuah pertanyaan “katanya semua pekerjaan itu datangnya dari Allah, baik maupun buruk. Lantas mengapa Allah menyiksa orang yang bermaksiat sedangkan dia tidak punya kuasa atas pekerjaannya sendiri” .

Perlu kita ketahui wahdaniyah fil-af’al itu berlaku pada semua makhluk Allah, tanpa terkecuali. Di kitab Kifayatul Awam di contohkan dengan objek api dan cara untuk mengimaninya juga bermacam-macam.

  • Cara mengimani yang benar.

Bahwa membakarnya api terhadap benda merupakan pekerjaan Allah secara mutlak, bersamaan dengan menyentuhnya api ke benda. Ini berkaitan dengan hal, Allah menciptakan yang namanya sebab dan akibat seperti terbakarnya benda disebabkan menyentuhnya api ke objek tersebut. Namun disamping itu jika Allah berkehendak lain maka ‘sebab dan akibat’ tidak akan berpengaruh seperti yang terjadi pada zaman nabi Ibrahim as.

  • Jahlun fasiq.

Dengan mengimani bahwa api dapat membakar di sebabkan kekuatan yang Allah berikan kepada api seperti yang terjadi pada zaman jahiliyah.

  • Kafir.

Mengimani bahwa api dapat membakar dengan kuasanya sendiri.

Setelah kita ketahui, bahwa semua pekerjaan itu milik allah swt, lalu kenapa allah swt masih menyiksa orang yang berbuat dosa, tentu semua itu adalah pekerjaan Allah? Rasionalnya begini, bahwa kita ini oleh Allah SWT diberi aset berharga yaitu akal dan nafsu, Allah menganugerahi akal agar supaya dapat membedakan mana yang hak dan mana yang batil. Sedangkan nafsu cenderung mengajak kepada keburukan, kita terkadang dilema antara melakukan keburukan dan meninggalkannya, nah pada waktu bersamaan akal dan nafsu saling bersengketa. Jika dimenangkan nafsu yang didorong oleh bisikan Iblis maka hati kita tergerakkan untuk melakukan keburukan, pada saat kita mengerjakan keburukan maka yang menggerakan tubuh kita itu Allah yang bersamaan dengan keingnan nafsu untuk mengerjakan suatu maksiat, maka jangan salahkan Allah jika kita disiksa, karena kita yang memilih untuk melakukan keburukan dan boleh-boleh saja Allah menyiksa hambanya yang sholeh namun hal itu bertentangan dengan sifat adilnya Allah dan Allah tak kan menyalahkan janjinya, Wallahu a’lam

Disadur dari kitab Kifayatul Awam hal 41-42

Leave a Reply