Beberapa hari yang lalu telah datang kabar duka kepada kita atas wafatnya sosok ulama kharismatik sekaligus ahli al-Quran, yaitu KH. Basori Alwi Murtadlo, Pengasuh Pesantren Ilmu Al-Quran (PIQ) Singosari Malang. Beliau lahir pada 14 April 1927. Dalam usia mendekati satu abad yaitu 93 tahun beliau mengembuskan nafas terakhirnya pada hari Senin tanggal 23 Maret 2020 pukul 15.31 wib. Semoga beliau husnul khatimah dan ditempatkan di sisi Allah bersama para ulama, aulia dan sholihin. Amin

Meskipun beliau tidak begitu dikenal layaknya tokoh nasional, namun di kalangan pesantren khususnya para pegiat al-Quran, beliau selama ini sangat dikenal sebagi seorang tokoh kaliber Nasional bahkan Internasional di bidang Tilawatil Qur’an. Pengasuh PIQ Singosari Malang ini adalah merupakan salah satu pendiri Jam’iyah Qurra wa al-Huffadh (JAMQUR) yang berkembang sampai saat ini. Selain itu, beliau juga merupakan salah satu penggagas Musabawah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Nasional, bahkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika tahun 1964 beliau adalah salah satu pencetus ide Musabaqah Tilawatil Quran tingkat Internasional. Beliau pernah dipercaya sebagai dewan hakim dalam MTQ tingkat Internasional, seperti di Brunei Darussalam (1985), Mesir (1998) dan Indonesia (2003).
Melihat track record beliau dalam bidang al-Quran di kancah dunia merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi para santrinya, baik santri yang berguru langsung kepada beliau di PIQ Malang, maupun yang belajar di majelis-majelis yang dihadiri beliau. Mengapa begitu? Karena sudah terbukti bahwa setiap yang pernah belajar atau nyantri sungguh-sungguh kepada beliau dapat dipastikan kualitas bacaan al-Qurannya mampu bersaing dimana pun berada. Selain aktif mengajar di bidang al-Quran dengan metode talaqqi, beliau juga aktif dalam menulis buku dan berdakwah dengan gigih dalam membentengi ajaran aqidah Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah. Kontribusi beliau terhadap pesantren-pesantren besar khususnya di Jawa Timur terbilang cukup besar, khususnya di bidang al-Quran, seperti Sidogiri, Sukorejo Situbondo dan beberapa pesantren besar lainnya, termasuk Pondok Pesantren Miftahul Ulum (PPMU) Banyuputih Kidul Jatiroto Lumajang. Hubungan baik dan kedekatan beliau dengan PPMU dapat dilihat dari peran beliau dalam ikut serta mengembangkan PPMU di bidang al-Quran hingga terbentuk sebuah lembaga yang khusus membidangi al-Quran yang bernama Madrasah Al-Quran yang sekarang berubah menjadi Pesantren Al-Quran Miftahul Ulum (PQMU).
Sejauh yang penulis ketahui, bahwa keterlibatan beliau dalam bidang al-Quran di PPMU bermula dari inisiatif Pengasuh PPMU KH. M. Husni Zuhri untuk membentuk lembaga yang khusus membidangi al-Quran yang fokusnya pada peningkatan kualitas bacaan al-Quran, khususnya di bidang tajwid. Lalu pada tahun 1993 Pengasuh PPMU melakukan silaturrahim kepada pengarang buku “Mabadi’ fi Ilmi Tajwid” itu, sekaligus memohon restu dan arahan dari beliau terkait maksud Pengasuh dalam mendirikan lembaga al-Quran. Inisiatif tersebut muncul pada saat pengasuh melihat kondisi bacaan al-Quran santri PPMU yang beliau nilai tidak beraturan (berseragam), antara daerah satu dengan daerah yang lain memiliki versi bacaan yang berbeda-beda, serta metode yang digunakan juga berbeda. Maka, pengasuh menginginkan semua bacaan santri agar berseragam dengan berkiblat pada satu metode. Sejak itulah beliau (KH. Basori Alwi) mulai memberikan sumbangan ide terkait metode pembelajaran al-Quran di PPMU, yaitu metode talaqqi atau sampai sekarang yang dikenal dengan Metode Jibril (Baca Metode Jibril). Selain itu, atas keinginan pengasuh, beliau juga turut serta mengajar al-Quran di PPMU sampai berjalan beberapa tahun.
Aktifitas mengajar al-Quran di PPMU, beliau habiskan hingga usia lanjut, bahkan dalam kondisi berjalan sambil dituntun pun beliau hampir tidak pernah absen hadir dalam dua minggu sekali. Kehadiran beliau dalam dua minggu tersebut merupakan moment yang cukup istimewa, jadi tidak heran jika kehadiran beliau mendapatkan sambutan yang cukup hangat dan antusias dari Pengasuh, Pengurus maupun para santri PPMU. Itu bisa kita lihat saat pengasuh meliburkan semua kegiatan wajib yang dilaksanakan pada ba’da shalat ashar, seperti kajian kitab, baik yang di kelas-kelas maupun yang ada di serambi masjid, bahkan yang ngaji ke Pengasuh juga diliburkan. Karena semua asatidz, mu’allim al-Quran dan santri yang duduk di kelas umum (istilah tingkatan kelas al-Quran pada saat itu) oleh pengasuh diwajibkan mengikuti tahsin al-Quran bersama beliau. Bukan hanya itu, fasilitas tempat yang disediakan untuk kegiatan ini pun cukup istimewa, yaitu di sisir dalem (tempat kegiatan ngaji kitab bersama pengasuh).
Setelah kondisi kesehatan beliau sudah tidak lagi mendukung untuk hadir di PPMU, sekitar tahun 2012/2013 beliau memutuskan jadwalnya digantikan kepada salah satu staf pengajar di PIQ. Sejak itulah beliau tidak lagi aktif mengajar di PPMU Bakid. Namun hal ini tidak menjadikan semangat pengasuh runtuh, dimana sejak itu pengasuh membentuk tim sembilan yang diambil dari asatidz/mua’llim secara selektif, dengan standar memiliki kemampuan membaca al-Quran yang baik dan bagus. Tim sembilan tersebut dikirim ke PIQ Malang untuk lebih intens belajar tahsin sekaligus tashhih bacaan al-Quran langsung kepada beliau setiap satu bulan sekali. Kegiatan ini sampai sekarang (sebelum beliau wafat) tetap berjalan aktif.
Terjadinya perkembangan zaman rupanya mendorong adanya pengembangan sistem dan metode pendidikan Al-Quran di PPMU, hal itu dikarenakan masyarakat menilai bahwa Al-Quran merupakan sebagai salah satu media yang cukup efektif dalam mensyiarkan Islam, baik melalui pemahaman isi kandungan Al-Quran itu sendiri, maupun melalui ajang seni, seperti Tilawah, Tahfid dan lain-lain. Hal ini sangat mendorong adanya ketertarikan masyarakat muslim untuk meningkatkan putra/putrinya dalam mempelajari Al-Quran. Oleh karena itu pengasuh bersama pengurus mulai berfikir keras untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut. Akhirnya, pada pertengahan tahun 2016 melalui beberapa tahapan musyawarah, disepakatilah bahwa Madrasah Al-Quran Miftahul Ulum diganti nama menjadi Pesantren Al-Quran Miftahul Ulum (PQMU). Kemudian dibangunlah beberapa kesepakatan dan komitmen bersama yang tertuang dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Pesantren AL-Quran Miftahul Ulum oleh Tim yang telah dibentuk oleh Pengasuh sendiri. Selian itu, PQMU juga melakukan evaluasi struktur kepengurusan dan program kerja yang sebelumnya kurang berjalan efektif.
Setelah penyusunan AD/ART PQMU selesai dan dicetak berbentuk buku beserta Buku Pedoman Kurikulum, pengasuh bersama beberapa pengurus PQMU kembali sowan kepada KH. Basori Alwi dengan membawa AD/ART dan Buku Pedoman Kurikulum tersebut dalam rangka memohon restu serta arahan beliau untuk lembaga PQMU yang baru dibentuk tersebut. Ini merupakan sebuah ketawadluan Pengasuh kepada beliau, dengan menggunakan bahasa Madura pengasuh dawuh kurang lebihnya seperti ini, “areah nambuh mator ka Kiai Basori, soallah mulaeh awel abedeagi Madrasah al-Quran sengkok arembek ka beliau (ini perlu sowan kepada Kiai Basori, karena sejak berdirinya Madrasah al-Quran saya konsultasi kepada beliau)”. Selain itu, pengasuh juga memohon bantuan kembali pengajar dari PIQ sebagai tenaga pengajar khusus para mu’allim di PQMU. Karena beberapa tahun terakhir setelah beliau tidak lagi bisa mengajar di PPMU yang kemudian digantikan oleh santrinya, masa aktifnya tidak berjalan begitu lama, sehingga sekitar 2 tahun kegiatan ini menjadi vakum. Oleh karena itu pengasuh berharap agar kegiatan itu terlaksana kembali untuk mendukung adanya program peningkatan bidang al-Quran melalui peningkatan kualitas SDM di PQMU. Alhmdulillah, beliau sangat senang dan mendukung dengan adanya program tersebut. Kemudian beliau merekomendasikan santri beliau yang merupakan salah satu staff pengajar di PIQ yaitu Ust. H. Yasin, S.Pd.I sebagai pembina para Mu’allim di PQMU setiap dua minggu sekali, dan sampai sekarang kegiatan ini berjalan cukup efektif.
Dari sini kita dapat melihat, bahwa begitu besar ikhtiyar pengasuh dalam upaya meningkatkan kualitas santri di bidang al-Quran, hingga sampai saat ini kita ketahui al-Quran adalah menjadi salah satu program andalan PPMU Bakid. Hal ini juga tidak terlepas dari peran KH. Basori Alwi dalam mendedikasikan diri beliau untuk PPMU di bidang al-Quran. Kontribusi beliau dapat dirasakan pula oleh para alumni yang sudah berkiprah di masyarakat, dimana sebagian besar dari mereka merasa bahwa mereka mampu bersaing di masyarakat dalam bidang bacaan al-Quran dengan ciri khas bacaan sebagaimana yang beliau (KH. Basori Alwi) ajarkan kepada mereka sewaktu di PPMU. Bukan hanya itu, beberapa di antara mereka di masyarakat dipercaya untuk mengamalkan ilmunya di bidang al-Quran untuk anak-anak yang duduk di kelas TK maupun SD dan seterusnya, baik melalui lembaga TPA, surau atau langgar (istilah musholla di kampung) yang khusus memperdalam ilmu bacaan al-Quran, dengan metode sebagaimana yang dipakai di PPMU oleh beliau (KH. Basori Alwi), yaitu metode talaqqi yang disertai dengan buku panduan tajwid yang ditulis oleh beliau sendiri, yaitu “Mabadi’ fi Ilmi at-Tajwid”. Buku ini sangat praktis dan mudah dipahami oleh para pemula. Bahkan sampai saat ini buku ini masih aksis dipakai di PPMU sebagai pedoman dasar ilmu tajwid.
Alhasil, jika kita bicara tentang al-Quran di PPMU pasti di benak kita tidak akan hilang sosok beliau, nama beliau sudah sangat melekat di hati para santri PPMU. Dengan jasa beliau yang sangat besar ini, khususnya bagi PPMU semoga menjadi amal jariyah untuk beliau sehingga menjadi jalan kebahagiaan beliau di sisi Allah SWT, dan semoga Allah melahirkan kembali sesosok sebagai penerus beliau di bidang al-Quran. Semoga kita sebagai santrinya senantiasa mendapat barokah beliau, serta ilmu yang telah beliau wariskan kepada kita menjadi ilmu yang bermanfaat dan barokah, Amin.
Yogyakarta, 26 Maret 2020.
Penulis : Sahrul Hidayatullah (Alumni PPMU Bakid yang sedang menempuh Studi Pascasarjana di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)