Sebagai seorang muslim, sikap tawadhu atau rendah hati menjadi sikap yang sangat dianjurkan. Sikap ini sudah seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, tawadhu juga hal yang terpenting bagi para pencari ilmu, karena sikap tawadhu merupakan penghias bagi seorang santri yang sedang mencari ilmu, jika pencari ilmu jauh dari sikap tawadhunya, maka sebagian besar ilmu tidak akan memberikan manfaat baginya. Karena dengan sikap tawadhu seseorang bukan hanya berilmu saja bahkan juga berahlak.
Adapun pengertian tawadhu sendiri ialah sikap rendah hati, tidak sombong dan tidak angkuh dalam berbagai hal. Dalam Al-Quran banyak sekali penjelasan mengenai perintah agar tidak sombong, salah satunya dalam surah Luqman: 18 yang berbunyi:
وَلاتُصَعِّرْخَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاتَمْشِ فِى اْلأَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللهَ لايُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٌ(18)
Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di atas bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”.
Pengertian ayat tersebut, sudah jelas bahwa tidaklah pantas seorang muslim mempunyai sifat sombong dan angkuh, karena pada hakikatnya seseorang yang mempunyai kelebihan dan kemampuan tiada lain sebab kuasa Allah. Tiada yang perlu disombongkan pada kelebihan dan kemampuan yang kita miliki.
Selain itu, terdapat sya’ir tentang tawadhu yang terdapat pada salah satu kitab terpopuler dikalangan Pesantren yaitu kitab ta’limul-muta’allim sebuah karya Syaikh Zarnuji yang berbunyi:
إِنَّ التَّوَضُعَ مِنْ خِصَالٍ الْمُتَّقِى # وَ بِهِ التَّقِيُّ إِِلَى الْمَعَالِى
Sesungguhnya tawadhu adalah salah satu ciri orang yang bertakwa # karena itu, orang yang bertakwa mencapai derajat kemuliaan
Nabi Muhammad Juga telah memerintah kita untuk selalu bersikap tawadhu, dalam hadits Beliau bersabda;
إِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوْا حَتَّى لاَيَفْخَرَ اَحَدٌ عَلَى اَحَدٍ وَلاَ يَبْغَى اَحَدٌ عَلَى اَحَدٍ
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawadhu sehingga tak seorangpun menyombongkan diri kepada yang lain, dan seseorang tiada menganiaya kepada yang lainnya.” (HR. Muslim)
Orang berakhlak belum tentu tawadhu, tapi orang tawadhu sudah pasti berakhlak. Karena sikap ketawadhuan seseorang tidak bisa diukur secara dhohiriyah melainkan secara bathiniyah. Jika bathiniyyah seseorang berakhlak, maka secara otomatis dhohiriyahnya juga berakhlak.
Bersikap tawadhu sangatlah sulit, butuh waktu lama untuk melatih diri kita agar menjadi orang yang tawadhu, maka dari itu kita harus melatih diri sendiri untuk selalu bersikap rendah hati, tidak sombong dan tidak angkuh. Agar kita mempunyai akhlak yang mulia. Wallahu A’lam
Penulis: Khoiron anggota redaktur Mading El Ihsan